Selasa, 30 Maret 2010

Cantiknya Seorang Muslimah


Semoga Aku Seorang Muslim Sejati (Indonesia)
Judul:
Semoga Aku Seorang Muslim Sejati (Indonesia)
Content Preview:
Pertama: Sebagai seorang Muslim sejati, aku akan meyakini bahwa aku berada dalam kebenaran. Bagiku Islam dan iman adalah hidayah dan nikmat yang telah Allah kurniakan kepadaku, karenanya keyakinanku tidak mungkin bersifat tentatif. Hanya dengan keyakinan seperti ini aku mampu menyampaikan pesanan Tuhan dengan pasti (‘ala basiratin). Karena diperkuat dengan ilmu, keimananku terhadap Allah, al-Qur”an dan Nabi Muhammad serta risalah yang dibawanya tidak akan goyah meskipun terdapat tuduhan dan distorsi ke atas ajaran Islam. Setelah mendalami ilmu-ilmu Islam, dan bukan secara a priori maupun taqlid, aku mengerti bahwa Iman bukan hanya suatu kepercayaan, tetapi merupakan keyakinan di dalam lubuk hati, pernyataan melalui lisan dan dibuktikan dengan perbuatan sebagai tanda berserah diri kepada kehendak Yang Maha Esa. Aku memahami Ibadah bukan hanya sebatas ritual dan spiritual, tetapi sebagai penghambaan diri terhadap Allah swt dalam segenap bidang kehidupan. Keyakinanku akan kebenaran ajaran Islam bertitik tolak daripada keyakinanku bahwa knowledge is possible dan seperti diungkapkan oleh al-Nasafi bahwa hakikat sesuatu itu tetap dan ilmu mengenainya sesuatu yang pasti (haqa”iq al- ashya” thabitah wa al-ilmu biha mutahaqqiqun).
Kedua: Aku bersetuju dengan pandangan para sarjana Muslim, seperti Muhammad Iqbal, al-Attas dan al-Faruqi, bahwa masalah utama umat Islam adalah krisis ilmu. Bahwa jalan untuk mengembalikan kegemilangan tamadun Islam adalah melalui pemerkasaan budaya ilmu, pencerahan dan pemberdayaan Ummat. Maka tanggungjawab para cendekia Muslim adalah membebaskan umat Islam dari belenggu kejahilan termasuk kejahilan tentang Islam itu sendiri. Pada hari ini yang menjadi kendala adalah kekeliruan epistemologi: ketidakmampuan ummat Islam mengatasi polemik akal dengan wahyu menambah lagi kekeliruan dan kejahilan ini. Aku melihat bahwa justeru sebagian intelektual Muslim dipengaruhi pemikiran sekular Barat dan terperangkap dalam dikotomi: liberal versus literal, sakral versus mundane, objektif versus subjektif, progresif versus konservatif, teokrasi versus demokrasi. Dualisme dan dikotomi berlaku di Barat karena kegagalan Gereja mengakomodasi modernity dan kemajuan manusia. Bagiku, Islam telah memberikan kedudukan yang sewajarnya kepada akal. Cukup tinggi karena dengannya misi kekhalifahan hanya mungkin tercapai tetapi tidak terlalu tinggi untuk didewakan atau disejajarkan dengan wahyu. Akal dan kebenaran yang diperolehinya tidak berdiri sendiri. Setelah mendalami epistemologi Islam, aku mengerti bahwa kebenaran sains harus tunduk kepada kebenaran wahyu dan bukan sebaliknya. Akal dan sains harus akur dengan keterbatasannya dan bahwa dalam perkara-perkara tertentu tidak mampu menjelaskan secara saintifik. Bagi kaum sekular kebenaran sains dan kebenaran agama dilihat secara terpisah. Bagiku kebenaran sains adalah kebenaran yang datang dari Tuhan, karena sains mengkaji fenomena kejadian makhluk Tuhan yang mengikuti sunnatullah. Demikian juga, kebenaran wahyu tidak akan bertentangan dengan kebenaran akal, jika akal memperolehinya dengan metode yang benar…………[ ]
Tipe File: PDF
URL Download: Semoga Aku Seorang Muslim Sejati (Indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar